Thursday, April 29, 2010

Persiapan Panelis Untuk Pengujian Organoleptik

Penilaian secara organoleptik memerlukan fasilitas ruang dan suasana penilaian. Panelis merupakan anggota panel atau orang yang terlibat dalam penilaian organoleptik dari berbagai kesan subjektif makanan atau minuman yang disajikan. Dalam penilaian organoleptik secara umum, panelis dapat dikelompokan menjadi panel perseorangan, panel perorangan terbatas, panel terlatih dan tidak terlatih serta panel konsumen. Setiap panelis yang termasuk pada jenis panel tersebut disyaratkan berminat terhadap pekerjaan organoleptik, bersedia meluangkan waktu dan mempunyai kepekaan yang diperlukan.

Panel merupakan manusia atau instrumen yang dipakai untuk mengukur rangsangan di dalam penilaian indera, baik yang bersifat subyektif maupun obyektif. Dalam hal ini diketahui ada lima macam panel yang penggunaannya berbeda (berlaku untuk tujuan tertentu saja), yaitu:

1) Panel Perseorangan

Panel ini tergolong dalam panel tradisional atau panel kelompok seni (belum memakai metode baku). Panel ini sudah lama digunakan oleh industri tradisional (keju, minyak wangi, rempah-rempah dan sebagainya), tetapi perusahaan-perusahaan atau industri moderen sudah tidak menggunakan bentuk-bentuk ketergantungan demikian.

Orang yang menjadi panel atau panelis perseorangan mempunyai kepekaan spesifik yang sangat tinggi, yaitu umumnya melebihi kemampuan orang-orang normal dan instrumen-instrumen fisik yang telah diketahui daya kerjanya. Kepekaan ini merupakan pembawaan lahir dan ditingkatkan kemampuannya dengan latihan yang memakan waktu lama. Di samping mempunyai kemampuan penilaian khas, juga mempunyai kemampuan mencium yang sangat cepat dan mudah lelah atau kurang peka bila menguji beberapa komoditi sekaligus untuk dinilai. Dengan kemampuan ini, peran panel perseorangan menjadi penting pada industri tertentu, sehingga tarifnya menjadi mahal.

Dari beberapa kelebihan yang dimilki, terdapat juga kelemahan-kelemahannya, yaitu:
  • Penilaiannya khusus untuk komoditi tertentu atau tidak peka terhadap komoditi lain, misalnya hanya mampu untuk menilai kopi, tetapi tidak untuk teh.
  • Panelis perseorangan tidak mudah didapat, karena merupakan orang-orang istimewa. Juga mempunyai fluktuasi lebih besar dari waktu ke waktu dan dapat dipengaruhi oleh masalah kejiwaan yang nantinya berpengaruh kepada kepekaan yang dimilikinya.
  • Kadang-kadang bertingkah, yaitu melakukan hal yang merugikan atau tidak obyektif dan masih perlu dilatih untuk digunakan secara langsung.
2) Panel Perseorangan Terbatas

Panel perseorangan terbatas terdiri dari beberapa panelis (2-3 orang) yang mempunyai keistimewaan rata-rata dari orang biasa. Pada panel tersebut sudah digunakan alat-alat obyektif sebagai kontrol.

Panelis perseorangan terbatas disamping mempunyai kepekaan tinggi, juga mengetahui hal dan penanganan komoditi yang diuji beserta cara penilaian indera moderen. Cara ini dapat mengurangi ketergantungan kepada seseorang dalam mengambil keputusan, tetapi kadang-kadang antar panelis tidak sepakat. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa panel perseorangan terbatas bertanggung jawab sebagai penguji, mengetahui prosedur kerja dan membuat kesimpulan dari hal yang dinilai.

3) Panel Terlatih

Panel terlatih merupakan panelis hasil seleksi dan pelatihan dari sejumlah panel (15-25 orang atau 5-10 orang). Seleksi pada panelis terlatih umumnya mencakup hal kemampuan untuk membedakan citarasa dan aroma dasar, ambang pembedaan, kemampuan membedakan derajat konsentrasi, daya ingat terhadap citarasa dan aroma. Hal ini untuk menciptakan kemampuan atas kepekaan tertentu di dalam menilai sifat organoleptik bahan makanan tertentu.

Anggota panel terlatih yang digunakan tidak selalu dari personalia laboratorium ataupun orang non laboratorium. Orang-orang laboratorium umumnya mempunyai tingkat ketelitian yang tinggi dan tekun, tetapi tingkat kepekaannya tidak terlalu tinggi, oleh karena itu perlu pelatihan untuk mengasah tingkat kepekaannya.

Panel terlatih umumnya ditujukan untuk menjawab dua pertanyaan dasar pada penilaian inderawi, yaitu:
  • Adakah perbedaan diantara rangsangan yang timbul?
  • Apakah arah serta intensitas dari perbedaan rangsangan tersebut?
Berdasarkan itu, panelis terlatih umum digunakan untuk penilaian proses dan pengembangan produk yang kompleks. Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa tugas tanggung jawabnya kurang, karena hanya dianggap sebagai instrumen.

4) Panel Tidak Terlatih

Panel tidak terlatih merupakan sekelompok orang-orang berkemampuan rata-rata yang tidak terlatih secara formal, tetapi mempunyai kemampuan untuk membedakan dan mengkomunikasikan reaksi dari penilaian organoleptik yang diujikan. Jumlah anggota panel tidak terlatih ini berkisar antara 25-100 orang.

Persyaratan panel tidak terlatih adalah:
  • Fisik yang sehat atau tidak mempunyai cacat dalam menilai sifat-sifat organoleptik dan tidak mempunyai persepsi tertentu dari suatu produk yang akan diujikan. Dalam hal ini, pemilihan orang sebagai anggota panel didasarkan pada konsep keterwakilan, misalnya menurut kelompok suku bangsa, jenis kelamin, umur, kelompok sosial (kaya-miskin) dan latar belakang pendidikan.
  • Anggota panel tidak terlatih bersifat tidak tetap, tetapi mampu mewakili golongan yang diamati, karena rata-rata mempunyai menilai sifat organoleptik yang memadai dan mampu memberikan penilaian secara bebas. Sebagai ilustrasi, industri bir biasa menggunakan orang di dalam dan di luar perusahaan, termasuk tamu-tamu yang datang sebagai anggota panel.
  • Penilaian organoleptik yang dilakukan bersifat sederhana, misalnya pengujian yang bersifat hedonik. Dalam hal ini, kemampuan berkonsentrasi, kemauan berlatih dan belajar sangat menentukan jenis panel yang akan dipakai (terlatih atau tidak). Sebagai ilustrasi, melatih dapat dilakukan 1-2 hari, tetapi untuk mengetahui sifat-sifat bahan dibutuhkan waktu berbulan-bulan. Misalnya, makanan enak atau tidak enak dapat dinilai oleh panel tidak terlatih; sedangkan sifat kelembutan, kebasaan serta kehalusan dinilai oleh panel terlatih. Hal yang sama juga berlaku untuk penilaian kesat, pahit dan sebagainya.
  • Rasa ingin tahu yang besar dan tertarik di dalam penilaian mutu kerja serta meluangkan waktu secara periodik bagi penilaian sifat-sifat organoleptik yang diujikan.
5) Panel Konsumen

Panel konsumen dapat dikategorikan sebagai panelis tidak terlatih yang dipilih secara acak dari total potensi konsumen di suatu daerah pemasaran. Dalam hal ini, jumlah panel yang diperlukan cukup besar (sekitar 100 orang) dan juga perlu memenuhi kriteria seperti usia, jenis kelamin, suku bangsa dan tingkat pendapatan dari populasi pada daerah target pemasaran yang dituju.

Panel konsumen umumnya sudah ditangani oleh konsultan ahli pemasaran, karena mereka ini telah mengetahui perilaku konsumen dan fenomena pasar.

Saturday, April 24, 2010

Persiapan Ruang Pengujian Organoleptik

Pengujian organoleptik atau uji indera atau uji sensori merupakan cara pengujian dengan menggunakan indera manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk.

Pengujian organoleptik mempunyai peranan penting dalam penerapan mutu. Pengujian organoleptik dapat memberikan indikasi kebusukan, kemunduran mutu dan kerusakan lainnya dari produk.

ada beberapa syarat dalam melakukan pengujian organolepetik yaitu:
  • ada contoh yang diuji yaitu benda perangsang
  • ada panelis sebagai pemroses respon
  • ada pernyataan respon yang jujur, yaitu respon yang spontan, tanpa penalaran, imaginasi, asosiasi, ilusi, atau meniru orang lain.
disamping itu ada beberapa faktor keberhasilan di dalam pengujian secara organoleptik, diantaranya ruang pengujian, sampel atau contoh yang akan diuji, dan panelis atau personal yang akan menguji.

berikut adalah penjelasan persiapan ruangan Pengujian.

Persiapan Ruang Pengujian

Pengujian sensoris/organoleptik tidak memerlukan fasilitas khusus akan tetapi beberapa fasilitas dasar harus dipenuhi supaya pengujian dapat dilaksanakan dengan efisien dan hasilnya dapat dipertanggungjawabkan. Walaupun ruang khusus yang dirancang untuk pengujian organoleptik akan menghasilkan lingkungan pengujian yang terbaik, laboratorium yang ada juga dapat diubah untuk menjadi ruang pengujian. Fasilitas/ruang yang harus disiapkan untuk pengujian organoleptik adalah:

1. Ruang persiapan makanan
2. Ruang untuk diskusi
3. Ruang/sekat pengujian yang tenang
4. Meja atau ruang untuk penguji/peneliti
5. Ruang pendukung untuk persiapan dan penyajian sampel


Fasilitas Pengujian Yang Permanen

Desain fasilitas pengujian sensoris yang permanen ditentukan oleh metode pengujian yang akan dilakukan, jumlah pengujian yang dikerjakan, serta ruang dan sumber yang diinginkan. Untuk tempat/ruang pengujian, dinding sebaiknya dicat dengan warna netral. Permukaan bahan/material harus bebas dari berbagai macam bau baik untuk konstruksi dinding, lantai, maupun langit-langit ruangan. Beberapa jenis kayu, karpet dan plastik yang mengeluarkan bau/aroma akan mengganggu dalam pengujian, oleh karena itu harus dihindari.

a) Ruang Persiapan Makanan
  • Ruang untuk persiapan makanan sebaiknya memiliki wadah makanan, tempat pencuci peralatan, peralatan memasak, refrigerator, dan ruang penyimpan, serta ruangan harus memiliki ventilasi yang baik.
  • Counter/wadah. Wadah yang sesuai diperlukan sebagai tempat untuk menyiapkan makanan, dan menyimpan baki sampel sebelum disajikan kepada panelis. Tinggi wadah sekitar 90 cm nyaman untuk bekerja. Standar kedalaman wadah sekitar 60 cm.
  • Tempat cuci piring (sink). Minimal 2 tempat cuci piring untuk air panas dan dingin disiapkan. Air dari keran yang keluar pada tempat pencucian tidak boleh berbau dan kotor.
  • Peralatan masak. Kompor gas atau listrik dan oven disediakan, oven microwave mungkin juga diperlukan untuk menyiapkan makanan.
  • Refrigerator. Penyimpan dingin penting untuk menyimpan bahan makanan yang mudah rusak dan diperlukan untuk mendinginkan sampel sebelum disajikan. Refrigerator juga sebaiknya dilengkapi dengan freezer yang terpisah yang dapat digunakan untuk menyimpan bahan makanan lebih lama.
  • Tempat penyimpanan. Lemari untuk piring dan peralatan pendukung dirancang di bawah wadah/counter dan juga dapat dibuka ke arah area panel/pengujian. Dibuka ke arah area panel diperlukan untuk menyimpan baki saji selama pengujian disiapkan. Penempatan di bawah wadah/counter dapat digunakan untuk menyimpan serbet, pensil, sendok dan garpu plastik, serta alat pendukung lainnya.
  • Ventilasi. Ventilasi dengan exhaust fan dipasang di atas kompor untuk mengurangi bau yang disebabkan oleh pemasakan dari area persiapan dan untuk mencegah penyebaran bau ke ruang pengujian.
b) Ruang Untuk Diskusi

Untuk pengujian berorientasi produk, diperlukan ruangan dimana panelis dapat bertemu dengan peneliti untuk mendapatkan instruksi, pelatihan dan diskusi. Ruang diskusi ini terpisah dengan ruang persiapan sehingga suara dan bau masakan tidak mengganggu tugas panelis. Ruangan ini juga tidak terganggu oleh personal laboratorium. Ruangan harus nyaman, dilengkapi dengan meja besar dan bangku/ kursi yang idealnya diatur minimal untuk 10 orang. Papan tulis dan flip chart diletakkan ditempat dimana semua panelis dapat melihatnya dengan jelas. Papan pengumuman diletakkan dekat pintu masuk, berisi peraturan dan informasi persyaratan panelis.

c) Ruang/sekat Pengujian

Ruang/sekat pengujian, seperti ruang diskusi, harus terpisah dengan ruang persiapan. Sekat pengujian dapat berada dalam satu ruangan yang sama dengan ruang diskusi. Sekat pengujian digunakan untuk seorang panelis yang dapat menilai sampel tanpa pengaruh dari panelis lainnya. Setiap sekat/ruang dilengkapi dengan wadah/counter, bangku atau kursi, lampu dan outlet listrik.

d) Ruang Peneliti

Ruang ini diperlukan oleh peneliti untuk meyiapkan format dan laporan pengujian, analisis data dan menyimpan hasil pengujian. Ruang ini dilengkapi dengan meja, filing cabinet, dan calculator atau komputer dengan program statistik untuk mengolah data.

e) Pendukung Pengujian Sensoris
  • Ruang pengujian sebaiknya dilengkapi dengan peralatan untuk penyiapan makanan dan wadah-wadah kecil untuk menyajikan sampel pada panelis. Semua peralatan harus terbuat dari bahan yang tidak akan mentransfer bau atau flavor pada makanan saat penyiapan ataupun penyajian. Peralatan untuk persiapan dan penyajian makanan, dapat digunakan yang sekali pakai ataupun yang berulang kali dipakai (bahan gelas).
  • Peralatan untuk persiapan makanan. Timbangan yang akurat, pipet, gelas ukur dan gelas saji dengan berbagai volume diperlukan untuk membuat pengukuran yang tepat selama penyiapan dan penyajian makanan. Gelas (seperti pyrex) atau gelas keramik lebih baik dipilih dibandingkan dengan bahan logam. Karena bahan gelas atau gelas keramik tidak menimbulkan bau atau flavor selama pemasakan. Jika hanya bahan logam yang tersedia, lebih baik memilih bahan stainless steel dibandingkan peralatan masak dari bahan aluminium, kaleng atau besi. Termometer dan peralatan dapur lainnya seperti saringan, pembuka kaleng, pisau, garpu, sendok, mangkok, dan piring, juga diperlukan.
  • Wadah sampel. Wadah sampel dipilih berdasarkan ukuran dan karakteristiknya. Ukuran wadah bervariasi berdasarkan jenis dan jumlah produk yang akan diuji.
  • Baki. Baki plastik atau logam untuk menyimpan sampel yang akan disajikan untuk setiap panelis, harus disiapkan. Baki pemanas elektrik untuk setiap sekat panelis disarankan untuk disediakan bagi sampel yang harus hangat.
  • Pendukung lainnya. Sendok, garpu dan pisau plastik, serbet, cangkir gelas atau yang sekali pakai untuk air, poci besar, juga diperlukan.
Fasilitas Pengujian Sementara

Jika area pengujian khusus tidak ada, tempat pengujian sementara dapat dirancang dengan memperhatikan persyaratan dasar untuk tempat pengujian secara organoleptik.

a) Ruang Persiapan Makanan

Fasilitas masak sementara dapat ditata dala laboratorium dengan menggunakan hotplate, dan wadah styrofoam dapat digunakan agar tetap hangat untuk waktu yang pendek. Penyiapan baki dapat dilakukan di luar area apabila area pengujian terbatas.

b) Ruang/Sekat Pengujian

Sampel dapat disajikan untuk dinilai dalam area yang disekat dimana gangguan, bising dan bau dapat diminimalkan. Ruang makan atau ruang minum kopi yang tidak digunakan pada saat pengujian organoleptik dapat dipakai sebagai ruang pengujian.

c) Meja Peneliti

Peneliti memerlukan ruang untuk menyiapkan format pengujian, rencana pengujian, dan analisis/pengolahan data. Oleh karena itu diperlukan meja untuk kegiatan tersebut.

d) Pendukung Pengujian Sensoris

Peralatan pendukung lainnya diperlukan sama seperti pada fasilitas pengujian permanen/khusus.


Sunday, April 18, 2010

SIMBOL BAHAN KIMIA


Simbol bahaya digunakan untuk pelabelan bahan-bahan berbahaya menurut Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances). Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances) adalah suatu aturan untuk melindungi/menjaga bahan-bahan berbahaya dan terutama terdiri dari bidang keselamatan kerja. Arah Peraturan tentang Bahan Berbahaya (Ordinance on Hazardeous Substances) untuk klasifikasi, pengepakan dan pelabelan bahan kimia adalah valid untuk semua bidang, area dan aplikasi, dan tentu saja, juga untuk lingkungan, perlindungan konsumer dan kesehatan manusia.

Simbol bahaya adalah piktogram dengan tanda hitam pada latar belakang oranye, kategori bahaya untuk bahan dan formulasi ditandai dengan simbol bahaya, yang terbagi dalam :

• Resiko kebakaran dan ledakan (sifat fisika-kimia)
• Resiko kesehatan (sifat toksikologi) atau
• Kombinasi dari keduanya.

Berikut ini adalah penjelasan simbol-simbol bahaya .

1. Explosive (bersifat mudah meledak)

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya „explosive“ dapat meledak dengan pukulan/benturan, gesekan, pemanasan, api dan sumber nyala lain bahkan tanpa oksigen atmosferik. Ledakan akan dipicu oleh suatu reaksi keras dari bahan. Energi tinggi dilepaskan dengan propagasi gelombang udara yang bergerak sangat cepat. Resiko ledakan dapat ditentukan dengan metode yang diberikan dalam Law for Explosive Substances Di laboratorium, campuran senyawa pengoksidasi kuat dengan bahan mudah terbakar atau bahan pereduksi dapat meledak . Sebagai contoh, asam nitrat dapat menimbulkan ledakan jika bereaksi dengan beberapa solven seperti aseton, dietil eter, etanol, dll. Produksi atau bekerja dengan bahan mudah meledak memerlukan pengetahuan dan pengalaman praktis maupun keselamatan khusus. Apabila bekerja dengan bahan-bahan tersebut kuantitas harus dijaga sekecil/sedikit mungkin baik untuk penanganan maupun persediaan/cadangan. Frase-R untuk bahan mudah meledak : R1, R2 dan R3


  • Bahaya : eksplosif pada kondisi tertentu
  • Contoh : ammonium nitrat, nitroselulosa, TNT
  • Keamanan : hindari benturan, gesekan, loncatan api, dan panas

2. Oxidizing (pengoksidasi)

Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “oxidizing“ biasanya tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah terbakar atau bahan sangat mudah terbakar mereka dapat meningkatkan resiko kebakaran secara signifikan. Dalam berbagai hal mereka adalah bahan anorganik seperti garam (salt-like) dengan sifat pengoksidasi kuat dan peroksida-peroksida organik. Frase-R untuk bahan pengoksidasi : R7, R8 dan R9.

  • Bahaya : oksidator dapat membakar bahan lain, penyebab timbulnya api atau penyebab sulitnya pemadaman api
  • Contoh : hidrogen peroksida, kalium perklorat
  • Keamanan : hindari panas serta bahan mudah terbakar dan reduktor

3. Flammable (mudah terbakar)

Jenis bahaya flammable dibagi menjadi dua yaitu Extremely flammable (amat sangat mudah terbakar) dan Highly flammable (sangat mudah terbakar. Untuk Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “extremely flammable “ merupakan likuid yang memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah 0 0C) dan titik didih rendah dengan titik didih awal (di bawah +350C). Bahan amat sangat mudah terbakar berupa gas dengan udara dapat membentuk suatu campuran bersifat mudah meledak di bawah kondisi normal. Frase-R untuk bahan amat sangat mudah terbakar adalah R12. Sedangkan untuk Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi bahaya ‘highly flammable’ adalah subyek untuk self-heating dan penyalaan di bawah kondisi atmosferik biasa, atau mereka mempunyai titik nyala rendah (di bawah +21 0C). Beberapa bahan sangat mudah terbakar menghasilkan gas yang amat sangat mudah terbakar di bawah pengaruh kelembaban. Bahan-bahan yang dapat menjadi panas di udara pada temperatur kamar tanpa tambahan pasokan energi dan akhirnya terbakar, juga diberi label sebagai ‘highly flammable’. Frase-R untuk bahan sangat mudah terbakar yaitu R11.

Bahaya : mudah terbakar
Meliputi :
  1. zat terbakar langsung, contohnya aluminium alkil fosfor; keamanan : hindari campuran dengan udara.
  2. gas amat mudah terbakar. Contoh : butane, propane. Keamanan : hindari campuran dengan udara dan hindari sumber api.
  3. Zat sensitive terhadap air, yakni zat yang membentuk gas mudah terbakar bila kena air atau api.
  4. Cairan mudah terbakar, cairan dengan titik bakar di bawah 21 0C. contoh : aseton dan benzene. Keamanan : jauhkan dari sumber api dan loncatan bunga api.

4. Toxic (beracun)

Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya ‘toxic’ dapat menyebabkan kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat tinggi jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.
Suatu bahan dikategorikan beracun jika memenuhi kriteria berikut:

LD50 oral (tikus) 25 – 200 mg/kg berat badan
LD50 dermal (tikus atau kelinci) 50 – 400 mg/kg berat badan
LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 0,25 – 1 mg/L
LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 0,50 – 2 mg/L

Frase-R untuk bahan beracun yaitu R23, R24 dan R25

  • Bahaya : toksik; berbahaya bagi kesehatan bila terhisap, terteln atau kontak dengan kulit, dan dapat mematikan.
  • Contoh : arsen triklorida, merkuri klorida
  • Kemananan : hindari kontak atau masuk dalam tubuh, segera berobat ke dokter bila kemungkinan keracunan.

5. Harmful irritant (bahaya, iritasi)

Ada sedikit perbedaan pada symbol ini yaitu dibedakan dengan kode Xn dan Xi. Untuk Bahan dan formulasi yang ditandai dengan kode Xn memiliki resiko merusak kesehatan sedangkan jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak dengan kulit.

Suatu bahan dikategorikan berbahaya jika memenuhi kriteria berikut:

LD50 oral (tikus) 200-2000 mg/kg berat badan
LD50 dermal (tikus atau kelinci) 400-2000 mg/kg berat badan
LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 1 – 5 mg/L
LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 2 – 20 mg/L

Frase-R untuk bahan berbahaya yaitu R20, R21 dan R22

Sedangkan Bahan dan formulasi dengan notasi ‘irritant’ atau kode Xi adalah tidak korosif tetapi dapat menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit atau selaput lendir. Frase-R untuk bahan irritant yaitu R36, R37, R38 dan R41

Kode Xn (Harmful)
  • Bahaya : menimbulkan kerusakan kecil pada tubuh,
  • Contoh : peridin
  • Kemanan : hindari kontak dengan tubuh atau hindari menghirup, segera berobat ke dokter bila kemungkinan keracunan.
Kode Xi (irritant)
  • Bahaya : iritasi terhadap kulit, mata, dan alat pernapasan
  • Contoh : ammonia dan benzyl klorida
  • Keamanan : hindari terhirup pernapasan, kontak dengan kulit dan mata.

6. Corrosive (korosif)

Bahan dan formulasi dengan notasi ‘corrosive’ adalah merusak jaringan hidup. Jika suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat diprediksi karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2)>11,5), ditandai sebagai bahan korosif. Frase-R untuk bahan korosif yaitu R34 dan R35.

  • Bahaya : korosif atau merusak jaringan tubuh manusia
  • Contoh : klor, belerang dioksida
  • Keamanan : hindari terhirup pernapasan, kontak dengan kulit dan mata

7. Dangerous for Enviromental (Bahan berbahaya bagi lingkungan)

Bahan dan formulasi dengan notasi ‘dangerous for environment’ adalah dapat menyebabkan efek tiba-tiba atau dalam sela waktu tertentu pada satu kompartemen lingkungan atau lebih (air, tanah, udara, tanaman, mikroorganisma) dan menyebabkan gangguan ekologi. Frase-R untuk bahan berbahaya bagi lingkungan yaitu R50, R51, R52 dan R53.

  • Bahaya : bagi lingkungan, gangguan ekologi
  • Contoh : tributil timah klorida, tetraklorometan, petroleum bensin
  • Keamanan : hindari pembuangan langsung ke lingkungan

semoga bermanfaat...

Friday, April 16, 2010

KAIDAH PENGGUNAAN BAHAN KIMIA

Dalam menggunakan bahan kimia tentunya sebagai seorang laboran harus mengetahui terlebih dahulu aturan atau kaidah penggunaan bahan kimia. Mengetahui kaidah ini dimaksudkan supaya laboran atau pekerja dapat memahami dengan benar cara menggunakan bahan kimia sebelum bekerja dengan bahan kimia, sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja di laboratorium. Adapun kaidah penggunaan bahan kimia tersebut antara lain:

  1. Bacalah label nama bahan kimia dengan cermat sebelum mengambil isi dan menggunakannya, karena bila salah ambil dapat menimbulkan kecelakaan. Perhatikan symbol yang terdapat pada label bahan kimia, apakah bersifat bahaya, beracun, iritasi, mudah meledak, atau mudah terbakar. Jika bahan kimia tersebut labelnya sudah rusak atau bahan kimia yang dikemas dengan plastik atau botol yang tidak berlabel maka harus dipastikan kebenaran bahan kimia tersebut, bisa dengan pengujian kualitatif.
  2. Gunakan bahan kimia dengan jumlah sesuai petunjuk pemakaian yang terdapat pada label atau sesuai dengan prosedur kerja yang telah ditentukan, tidak kurang dan tidak lebih. Jika berlebihan dalam mengambil bahan kimia, kembalikan ke wadah/botol semula. Pemakaian bahan kimia harus tepat jenis, ukuran/dosis, dan tepat cara. Hati-hati dalam membuka botol, mengambil dan menimbang bahan kimia. Harus diingat bahwa bahan kimia yang ada di laboratorium berbahaya, maka gunakan alat pelindung diri.
  3. Jangan sekali-kali mencicipi bahan kimia yang ada di laboratorium. Juga jangan menyentuh/memegang bahan kimia dengan tangan telanjang.
  4. Jangan mencium bau/gas yang timbul dari bahan kimia atau hasil reaksi bahan kimia secara langsung, tetapi gunakan tangan untuk mengibas-ngibaskan gas kea rah hidung.
  5. Jika tangan atau pakaian terkena bahan kimia (contoh :asam asetat) segera cuci dengan air mengalir.
  6. Jika membersihkan larutan bahan kimia yang tumpah di atas meja kerja, jangan langsung menggunakan serbet kain, tetapi perlakukanlah dengan memperhatikan sifat bahan kimianya terlebih dahulu. Sebagai contoh untuk bahan tumpahan asam anorganik dapat digunakan absorbent NaHCO3 atau campuran NaOH dan Ca(OH)2 dengan perbandingan 1:1 kemudian dibuat bubur dengan menambahkan air secukupnya. Tuangkan absorbent pada tumpahan bahan kimia, kemudian buang limbah atau slurry ke dalam bak pembuangan air / septic tank.
  7. Setelah bekerja dengan bahan kimia, cuci tangan hingga bersih sebelum makan, minum, atau merokok.
  8. Tutuplah kembali botol-botol bahan kimia, botol-botol reagen ataupun bahan lainnya setelah selesai digunakan.

Friday, April 2, 2010

Pengenalan Bahan Kimia

Pengelompokkan Bahan Kimia

Bahan kimia merupakan segala zat yang memiliki massa, volume, dan sifat tertentu sehingga dapat diamati dengan panca indera. Bahan kimia dapat dikelompokkan menjadi dua golongan besar, yaitu bahan kimia yang yang tersedia di alam dan bahan kimia buatan atau sintetis.

1.Bahan kimia yang tersedia di alam

Bahan kimia yang tersedia di alam diantaranya bentuk hasil tambang/mineral seperti emas, perak besi, timah, sulfur, uranium, aluminium; minyak bumi beserta derivatnya seperti bensin, solar, minyak tanah, oli; serta produk pertanian/perkebunan seperti karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral.

2.Bahan kimia sintetis

Bahan kimia sintetis dikelompokkan lagi menjadi dua golongan yaitu bahan kimia yang dibuat secara kimiawi dan secara metabolit (menggunakan mikroorganisme)
  • Bahan kimia yang dibuat secara kimiawi diantaranya PVC, fiber glass, plastik, aditif makanan (pemanis sintetis : sakarin, siklamat, aspartam), pengasam sintetis (asam sitrat, asam asetat), pengawet sintetis (tartrazine, metilen blue), cita rasa sintetis (vanilin, menthol), serta bahan kimia yang digunakan di laboratorium (asam sulfat, asam klorida, amonium klorat, perak nitrat, kalium permanganat, natrium thiosulfat dan natriun hidroksida).
  • Bahan kimia yang Dibuat secara metabolit antara lain asam cuka (hasil fermentasi dari air kelapa), alkohol (hasil peragian dari singkong), dan asam laktat (hasil proses pengasinan)
Manfaat Bahan Kimia

Banyak sekali manfaat dari adanya bahan kimia ini, terutama akan kehadirannya bahan kimia sintetis. Misalnya dalam kegiatan mencuci, memproduksi makanan dan minuman digunakan pemanis, pengawet, pemucat, perenyah, pewarna, pelembut, pengemulsi; pada kegiatan peternakan sering digunakan obat-obatan; saat berkebun atau bertani digunakan pupuk atau pestisida. Di dunia kedokteranpun kehadiran bahan kimia sangat diperlukan, teruatam yang berkenaan dengan obat-obatan.

Dampak Negatif Bahan Kimia

1.Dampak negative penggunaan bahan kimia yang tidak tepat di laboratorium

Bahan kimia di laboratorium berpotensi menimbulkan bahan kimia seperti dapat menyebabkan kebakaran, keracunan, peledakan, iritasi pada mata dan kulit, dan kecelakaan lainnya.

a.Kebakaran

Bahan kimia yang dapat mengakibatkan kebakaran dibedakan menjadi 3 jenis :
a. padat : (belerang, fosfor, logam alkali
b. Cair (eter, alkohol, benzen)
c. Gas (asetilena, hidrogen)

Kebakaran terjadi di laboratorium apabila :

  • Bahan kimia yang bersifat oksidator kontak/berhubungan dengan bahan kimia yang bersifat reduktor atau terkena panas, contoh : perklorat, permanganat, nitrogen peroksida, dikromat, dan persulfat.
  • Ada juga bahan kimia yang dapat terbakar langsung udara contoh : aluminium alkil fosfor, gas yang mudah terbakar dengan api : butana, propana

b. Peledakan

Peledakan terjadi karena reaksi sangat cepat yang menghasilkan panas dan gas dalam jumlah besar. Bahan kimia tertentu akan mengakibatkan peledakan apabila terkena benturan, gesekan atau panas. Contohnya bahan oksidator kuat akan meledak jika dicampur dengan bahan kimia reduktor kuat seperti etanol, aseton, asam aseta pekat akan meledak jika dicampur dengan hydrogen peroksida (H2O2).

c. Keracunan

Akibat keracunan bahan kimia dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu efek akut dan efek kronis.

  • Efek akut, yaitu pengaruh sejumlah dosis bahan kimia tertentu yang akibatnya dapat dilihat dan dirasakan dalam waktu relatif singkat, contoh : diare akibat keracunan fenol, serta hilang kesadaran dan kematian karena keracunan gas CO.
  • Efek Kronis, yaitu akibat keracunan bahan-bahan kimia dalam dosis kecil tetapi terus menerus dan efeknya baru dapat dirasakan dalam waktu yang relatif lama, contohnya menghirup uap benzen dan senyawa hidrokarbon terklorinasi (khloroform, karbon tetraklorida) dalam kadar rendah namun terus-menerus sehingga menyebabkan penyakit hati, menghirup uap timbal akan menyebabkan kerusakan darah
d.Luka Bakar/Iritasi Kulit dan Mata

Bahan kimia tertentu dapat menyebabkan iritasi kulit, terjadi apabila ada kontak antara kulit dengan bahan kimia korosif (asam sulfat, kalium hidroksida, kalium cianida, asam trikloroasetat, perak nitrat, fosfor). Iritasi dapat berupa luka, peradangan kulit, saluran pernapasan dan mata. Bahan kimia yang dapat mengakibatkan iritasi dibedakan menjadi :

a. Padat : NaOH, KOH, CaO, CaC2
b. Cair : NaNO3, H2SO4, HCl, HF
c. Gas : amonia dan gas asam asetat

2.Dampak Negatif Bahan Kimia dalam Kehidupan sehari-hari

Pemakaian bahan kimia yang tidak tepat dalam kehidupan sehari-hari, baik jenis, dosis maupun cara penggunaannya, akan menimbulkan dampak negative yaitu keracunan atau gangguan kesehatan, pencemaran air, tanah dan udara. Contohnya gangguan kesehatan pada manusia yaitu timbulnya penyakit minamata di Jepang setelah mengkonsumsi ikan yang mengandung Hg. Pada pencemaran lingkungan seperti pembuangan limbah yaitu air cucian (deterjen). Deterjen untuk mencuci merupakan deterjen amoniak yaitu alkil sulfonat linear dan alkil benzene sulfonat. Deterjen alkil benzene sulfonat merupakan detergen keras yang tidak dapat mengalami biodegradasi oleh bakteri dan berbahaya bagi ikan walaupun konsentrasinya kecil. Natrium dedosil benzene sulfonat dapat merusak insang ikan walaupun hanya 5 ppm.

Di dalam air yang mengandung detergen 3 ppm ikan masih dapat bertahan selama sebulan, tetapi bagi phytoplankton yang menjadi makanan ikan sudah berbahaya karena terjadi pengurangan kadar fotosintesa